13Peninggalan dan Tokoh Sejarah Nasional pada Masa Hindu-Budha dan Islam, Keragaman Kenampakan Alam dan Suku Bangsa, serta Kegiatan Ekonomi di Indonesia 1 Candi: a Penataran; b Sawentar; c Sumberjati. 2 Prasasti Butak 1294, isinya tentang keruntuhan Kerajaan Singasari dan perjuangan Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit. 3 Kitab-kita kuno, antara lain Pararaton dan kitab Negara- kertagama.

Pembabakan sejarah menjadi masa kerajaan Hindu-Budha, masa kerajaan Islam, dan masa kolonialisasi bangsa barat adalah bagian contoh dari periodisasi dalam sejarah. Periodisasi sejarah sendiri diartikan sebagai pembabakan waktu yang dipergunakan untuk berbagai peristiwa. Kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk serta jenis peristiwa tersebut. Rentang waktu atau masa sejak manusia ada hingga sekarang merupakan rentang yang sangat panjang, sehingga para ahli sejarah sering mengalami kesulitan untuk memahami dan membahas masalah-masalah yang muncul dalam sejarah kehidupan manusia. Periodisasi dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman dan pembahasan sejarah kehidupan manusia. Berdasarkan penjelasan tersebut, jawaban yang benar adalah D. Perubahandan kesinambungan masyarakat Indonesia sejak zaman praaksara hingga masa sekarang. Materi IPS untuk Kelas 7 Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016 terdiri atas 4 Bab dan 18 sub Bab. Sesuai dengan silabus IPS, Bab 1 dan 2 dipelajari pada semester 1. Bab 3 dan 4 dipelajari pada semester 2. - Sejak akhir masa prasejarah, sudah terjadi kontak antara masyarakat Nusantara dengan pendatang. Kontak tersebut terutama berkenaan dengan perdagangan. Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia II 2008 karya Marwati Djuned Pusponegoro, jauh sebelum kedatangan budaya India ke Nusantara, di derah-daerah pesisir pulau di Nusantara telah dihuni beberapa kelompok masuarakat dengan bahasa awal kedatangan masyarakat Austronesia, mereka sudah mengenal pelayaran antarpulau, bahkan mungkin sudah menjelajahi samudera. Ketrampilan menyeberangi samudera dengan alat angkut yang dibuat sendiri, mendorong mereka untuk dapat berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di tempat yang jauh untuk aktivitas niaga. Sejak akhir Masehi, bangsa-bangsa di Asia telah melakukan aktivitas niaga, termasuk diantaranya India dan China. Bangsa India datang ke Nusantara disinyalir dalam usahanya menemukan komoditi rempah-rempah yang sudah lama dikenal hingga ke juga Kehidupan Masyarakat Masa Hindu Buddha Di Nusantara, jalur pelayaran yang orang-orang India tempuh melalui Selat Malaka ke arah tenggara melalui perairan Sumatera, Selat Bangka, dan Laut Jawa. Di beberapa tempat mereka menjumpai hunian di beberapa tempat di Pesisir Timur Sumatera dan Pesisir Utara Jawa. Kontak yang terjalin antara masyarakat Nusantara dengan masyarakat luar memasuki era sejarah yang mengenalkan aksara dari India, juga agama Hindu-Buddha, serta isntitusi kerajaan dari India. Perkembangan profesi masa Hindu Buddha Profesi pada masa Hindu pada umumnya mulai berkembang kepada teknologi yang lebih maju. Banyak logam yang dimanfaatkan sebagfai bahan baku alat-alat. Hal ini membuktukan bahwa bahwa banyak barang-barang yang diperlukan. Bahkan dengan akat logam tersebut muncul profesi baru seperti tukang kayu, batu, dan lainnya. Salahsatu bentuk pengaruh tersebut adalah . A. wilayah Indonesia menjadi jajahan kerajaan bercorak Hindu-Buddha di India dan kerajaan Islam di Persia B. terjadi peperangan antara penduduk asli Indonesia dan kerajaan Hindu-Buddha serta Islam C. perpindahan pusat pusat dagang dari daerah pesisir menuju daerah pedalaman
Mahandis Yoanata Thamrin Para prajurit Keraton Yogyakarta, dari berbagai kesatuan wilayah, bersiap melakukan upacara Grebeg Syawal. kini dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia, ternyata dalam proses penyebarannya agama Islam mengadopsi tradisi Hindu-Buddha. Terbukti dari bangunan masa kesultanan yang memiliki falsafah tersebut. Hal itu diungkap oleh arkeolog Universitas Indonesia, Agus Aris Munandar, lewat diskusi Arkeologi Al-Qur'an di Nusantara, Jumat, 9 April 2021. Dalam forum itu juga ia memperkenalkan bukunya, Lawang Seketeng, yang mencatat temuan adopsi itu. Konsep Hindu-Buddha masih digunakan berkat pendekatan ajaran Islam yang disebarkan secara damai dan perlahan. Munandar menyebut, bahkan pembangunannya kesultanan masih menggunakan para pemikir yang mengetahui konsep itu. Baca Juga Sisik Melik Makna di Balik Toponimi 'Jalan Malioboro' di Yogyakarta Adopsi konsep juga dinilai dianggap diperbolehkan, dengan syarat tak mengganggu paham akidah Islam. "Kesinambungan konsep ruang ini saya amati terus berlanjut, seperti konsep Mahamerus sebagai pusat alam semesta, konsep Triloka-yang membagi tiga dunia, konsep Dewa Penjaga Mata Angin, dan Catuspatha," paparnya. Konsep-konsep itu sebenarnya sudah dikenal di era Hindu-Buddha di Jawa, terutama di masa akhirnya, Kerajaan Majapahit. Dalam paham Hindu-Buddha di Nusantara, masyarakat kerajaan mengenal penyakralan gunung. Kemudian diadopsi di periode Islam. Ia memberi contoh penyakralan tersebut lewat tempat makam para wali di gunung, dan keraton yang memiliki wilayah kuasa di sana. "[Kesultanan] Cirebon sendiri-dekat tempat asal saya, mereka mengacu pada Gunung Ciremai yang ada di belakangnya. Itu dianggap sakral," ujarnya. Baca Juga Mudik Lewat Cirebon, Ini 5 Kuliner Khas untuk Berbuka Puasa Hafidz Novalsyah/National Geographic Traveler Seorang abdi dalem dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, membantu mengamankan prosesi Grebeg. Pada konsep Triloka yang berdampak pada sistem tata ruang Kerajaan Hindu-Buddha pun diadopsi. Ia menyebut bagaimana sistem tata ruang keraton berbagai kesultanan di Jawa masih mengikuti Majapahit. "Disadari atau tidak, tetap terlihat dalam penatapan keraton-keraton di Jawa. Coba kita lihat di Cirebon, pembagian triloka jeroan depan, belakang itu sangat nyata," jelasnya. Konsep itu meletakkan pasar di sisi utara keraton, sama halnya dengan yang ada di Jogja, pasar Beringharjo. Meski kentara dan bukan prinsipnya, itu adalah simbol bahwa sisi utara selalu identik dengan dunia kehasratan. Tata ruang ini juga kentara dengan konsep Astadikpala Delapan Dewa Penjaga Mata Angin, yang terlihat dengan konsep pintu utama keraton dan alsafah peletakan bangunan kerajaan. Konsep Astadikpala ini sendiri sudah umum di dunia arkeologi Nusantara untuk memahami ruang. Berdasarkan catatan temuan, konsep dijalankan sejak masa Mataram kuno. "Misalnya, istana Sultan kini selalu menghadap ke timur yang menyimbolkan Indra. Sebab Indra adalah rajanya para dewa," ungkapnya. "Lewat konsep ini, sultan itu identik sebagai penguasa dari timur." Baca Juga Sumpah di Perbukitan Mollo, Kemenangan Kaum Ibu Melawan Pertambangan Budi ND Dharmawan Abdi dalem Keraton Yogyakarta bersiap membakar kemenyan di kompleks makam Raja Mataram di Imogiri. Pada kasus keraton Yogyakarta, konsep Astadikpala kian nyata dengan meletakan alun-alun di sisi selatan yang menggambarkan dunia gaib dan kematian. Sisi selatan sendiri dalam konsep itu dipegang oleh dewa Yama-dewa yang akan dijumpai pertama kali oleh orang yang meninggal. Sedangkan Gunung Merapi yang sebenarnya condong di sisi timur laut Jogja, yang merupakan arah perenungan dan ketenangan. Astadikpala juga mudah ditemukan dalam rangkaian arsitektur dan gaya seni yang masih tersisa, bahkan di dalam masjid yang dikemas dengan estika Islam. Penggunaannya juga masih diaplikasikan dalam pakaian kebesaran Keraton dengan emblem dengan bentuk konsep itu. Selain Astadikpala, hal seragam yang sangat menonjol dengan sisa kebudayaan Hindu-Buddha yang diterapkan juga lewat telaga buatan. Yunaidi Joepoet Wisatawan menikmati keindahan Umbul Muncar yang terletak di Kompleks Taman Sari Yogyakarta, Minggu "Setiap kali saya ke Trouwulan, itu ada segaran atau danau buatan yang berisi air sebagai penanda kota dan pelengkap kota," paparnya dan menerangkan penggunaan segara tua yang ditemukan barulah dari masa Majaphit. Pembangunan danau buatan atau segara ini bisa dilihat di Kesultanan Cirebon lewat Balong Segara, Tasik Ardi oleh Kesultanan Banten, dan Tamansari oleh Kesultanan Yogyakarta. Danau buatan itu sendiri memiliki dua makna, prgamatis dan dan simbolis. Munandar memaparkan, secara pragmatis ialah sebagai penampung air, cadangan air kejaan, dan rekreasi. Pada sisi simbolik, tempat itu mengacu pada kekuatan makrokosmos karena tempat itu hanya boleh diisi Sultan sebagai simbol Jambudwipa. Tempat yang sering didatangi pihak Keraton di segara itu adalah pulau kecil di tengahnya untuk menyepikan diri. Baca Juga Simbol-simbol Relief Gereja Puh Sarang dalam Bingkai Hindu-Jawa "Ini simbol kekuasaan dan keunggulan raja, sebagai simbol waruna-tempat tata aturan semesta. Berarti, tanpa raja, kerajaan ini bisa kacau," tambahnya. Meski demikian, Munandar mengakui bahwa buku terbarunya yang mengkaji simbol dan konsep ini masih sekedar pengantar dan masih terbatas di Pulau Jawa saja. Ia tak menutup kemungkinan bila konsep paham ini juga diterapkan di kerajaan di luar Pulau Jawa. Harapnya, paparannya lewat buku itu bisa jadi acuan untuk studi arkeologi keislaman yang memiliki kesamaan dengan masa Hindu-Buddha lebih dalam lagi. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Termasukjuga dalam bidang kesenian. Berikut ini akan diuraikan kesinambungan dan perubahan kesenian Melayu. 2 Peta Dunia Melayu Sumber: The Encyclopedia of Malaysia (jilid 4, p. 76) Kesinambungan dan Perubahan Dalam kenyataan sejarah, kesinambungan dan perubahan kesenian Melayu mengikuti era-era pra-Islam, Islam, Barat dan masa kemerdekaan.
Sumber Sejarah 1. Zaman Batu 2. Zaman Logam 3. Zaman Hindu-Budha 4. Zaman Islam 5. Zaman Kolonial Peninggalan Sejarah Hindu, Buddha, dan Islam 1. Bangunan 2. Karya sastra/kitab 3. Adat istiadat Peninggalan-peninggalan Zaman Hindu-Budha Peninggalan berupa bangunan Peninggalan berupa kitab atau karya sastra Peninggalan berupa agama dan adat istiadat Peninggalan-peninggalan Bercorak Islam Peninggalan berupa kitab atau karya sastra Peninggalan berupa agama dan adat istiadat Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Buddha dan Islam Tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Budha Tokoh-tokoh Pada Masa Kerajaan Islam Hindu, Budha, dan Islam telah menjadi agama yang diakui di Indonesia. Agama tersebut tidak tiba-tiba ada di Indonesia. Agama-agama itu muncul karena adanya pengaruh bangsa asing. Berdasarkan catatan sejarah, Hindu dan Budha muncul di Indonesia pada abad ke-2 Masehi. Agama tersebut dibawa oleh orang-orang India dan Cina. Orang-orang Cina datang ke Indonesia untuk berdagang. Biasanya, para pedagang Cina menetap sementara di daerah-daerah Indonesia. Mereka berhubungan dengan penduduk Indonesia. Dari hubungan itu, ada beberapa pengaruh di antaranya agama. Sumber Sejarah Banyak sekali peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Tentu kamu mengingat peristiwa masa lalu itu. Namun, ada juga peristiwa yang kamu lupa. Cerita yang menjelaskan kehidupan manusia pada masa lampau disebut sejarah. Kehidupan tersebut meliputi berbagai peristiwa yang dialami manusia. Kamu memiliki peristiwa masa lalu. Hal itu berarti kamu kamu memiliki sejarah. Misalnya, cerita ketika kamu belajar berjalan. Bagaimana dengan sebuah negara? Apakah negara mempunyai sejarah? Tentu saja negara memiliki sejarah. Hal itu karena sebuah negara tidak terbentuk begitu saja. Ada berbagai rangkaian peristiwa sebelum terbentuknya sebuah negara. Misalnya, sejarah negara Indonesia. Indonesia melewati beberapa rangkaian peristiwa sebelum merdeka. Ada masa prasejarah, masa kerajaaan, dan masa penjajahan. Perkembangan sejarah di Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode. Periode-periode tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Zaman Batu Pada zaman ini, manusia menggunakan peralatan dari batu. Karenanya, zaman ini disebut zaman batu. Pada zaman ini pun, manusia memperoleh makanan dengan berburu. Kehidupan masyarakatnya masih berpindah-pindah atau nomaden. 2. Zaman Logam Pada zaman ini, manusia mulai mengenal logam. Mereka menggunakan perak atau perunggu untuk membuat peralatan. Mereka pun mulai mengenal ladang berpindah. Selain itu, mereka juga mulai menetap di suatu tempat. 3. Zaman Hindu-Budha Pada zaman ini, manusia mulai mengenal tulisan. Pada masa ini, agama Hindu dan Budha mulai berkembang di Indonesia. Selain itu, pada masa ini pun, masyarakat telah mengenal sistem pemerintahan dan kerajaan. 4. Zaman Islam Islam dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dari arab dan Gujarat India. Para pedagang itu menyebarkan agama Islam ke berbagai wilayah Indonesia. Akhirnya, bermunculanlah kerajaankerajaan Islam di Nusantara. 5. Zaman Kolonial Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Bangsa Eropa banyak yang datang ke Indonesia untuk berdagang. Namun, setelah melihat kekayaan Indonesia, bangsa Eropa berubah pikiran. Mereka jadi ingin menguasai Indonesia. Sejak itu, Indonesia dijajah oleh beberapa negara Eropa. Peninggalan Sejarah Hindu, Buddha, dan Islam Ada banyak peninggalan sejarah yang ditemukan di Indonesia. Peninggalan-peninggalan ini dapat membantumu untuk mengetahui sejarah. Tentu saja sejarah negara kita, yaitu Indonesia. Berdasarkan jenisnya, peninggalan sejarah dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1. Bangunan Peninggalan sejarah berupa bangunan antara lain candi, prasasti, yupa, patung, relief, gapura, masjid, dan benteng. 2. Karya sastra/kitab Karya sastra berupa kitab biasanya menceritakan kisah sebuah kerajaan. Ada juga yang menceritakan ramalan, ajaran agama, dan moral. Selain itu, ada juga karya sastra yang menceritakan tentang kepahlawanan seorang tokoh. 3. Adat istiadat Adat istiadat yaitu budaya yang berasal dari masa lalu. Budaya tersebut masih berlangsung sampai sekarang. Selanjutnya, kamu dapat mengikuti penjelasan peninggalan-peninggalan sejarah Indonesia. Peninggalan yang akan dibahas yaitu peninggalan pada masa Hindu-Budha dan Islam. Peninggalan-peninggalan Zaman Hindu-Budha Agama Hindu-Budha dibawa ke nusantara oleh pedagang dan pendeta. Pedagang dan pendeta itu berasal dari India dan Cina. Mereka menempuh perjalanan melalui jalur laut dan darat. Agama Budha mulai masuk ke Indonesia sekitar abad ke-2 Masehi. Kemudian, agama Hindu menyusul masuk ke kawasan nusantara. Masuknya agama Hindu ke nusantara pada awal abad ke-5. Agama Hindu dan Budha berkembang di nusantara pada masa yang sama. Peninggalan-peninggalan Hindu-Budha yang ditemukan di Indonesia antara lain sebagai berikut. Peninggalan berupa bangunan Candi Candi merupakan bangunan yang dibuat untuk menghormati arwah penguasa atau raja yang telah meninggal. Candi berasal dari kata candikagraha. Artinya, rumah candika’. Candika adalah nama salah satu dewa durga atau dewa kematian. Ada beberapa candi peninggalan Hindu-Budha di antaranya sebagai berikut. Candi Portibi Candi Portibi merupakan peninggalan Kerajaan Panai yang bercorak Hindu. Candi Portibi terletak di Padang Balok, Gunung Tua, Provinsi Sumatera Utara. Candi ini dibangun pada1039. Candi Muara Takus Candi Muara Takus terletak di Kabupaten Kampai Provinsi Riau. Candi ini dibangun pada masa Kerajaan Sriwijaya abad ke-9 Masehi. Candi ini digunakan sebagai tempat pemujaan penganut agama Hindu Mahayana. Candi Panataran Candi Panataran ditemukan di daerah Blitar. Candi ini didirikan pada masa Majapahit, yaitu pada1350. Candi Mendut Candi Mendut didirikan oleh raja India pada 824. Candi ini bercorak Budha. Letaknya di sebelah timur Candi Borobudur Candi Borobudur Candi Borobudur terletak di Muntilan, Jawa Tengah. Candi ini didirikan pada 824 Masehi. Candi ini dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi Borobudur terdiri atas 10 tingkat. Hal itu melambangkan sebuah makna, yakni kesempurnaan hidup akan dicapai setelah mencapai 10 tingkatan. Pada permukaan dinding candi Borobudur terdapat gambar yang diukir yang disebut relief. Candi Prambanan Candi Prambanan dikenal juga dengan sebutan candi Lorojonggrang. Candi Prambanan terletak di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Candi ini didirikan pada masa Kerajaan mataram, yaitu abad ke8 Masehi. Candi Prambanan merupakan bangunan suci bagi agama Hindu Siwa. Di dalam candi Prambanan, tersimpan tiga arca, yaitu arca Siwa Mahadewa, Siwa Mahaguru, dan Siwa Ganesha Prasasti Prasasti merupakan peninggalan sejarah berupa batu bertulis. Isinya menceritakan penguasa pada masa pemerintahannya. Prasasti peninggalan kerajaan Hindu-Budha antara lain sebagai berikut. a Prasasti Mulawarman yang berangka tahun 400 Masehi. Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Kutai. Prasasti ini ditulis dengan huruf Palawa dan bahasa Sansekerta. b Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yaitu Prasasti Ciaruteun, Pasir Jambu, Kebon Kopi, Pasir Awi, dan Muara Ciateun. Prasasti-prasasti tersebut ditemukan di Bogor. Pada Prasasti Ciaruteun terdapat gambar telapak kaki Raja Purnawarman. Selain itu, ada juga Prasasti Cidanghiang yang ditemukan di Banten. Sementara itu, Prasasti Tugu ditemukan di Jakarta. c Prasasti peninggalan Kerajaan Kutai, yaitu Prasasti Yupa yang ditemukan di aliran Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Di Kalimantan Timur ini, ditemukan tujuh buah Yupa. Yupa merupakan tugu bertulis yang dibuat sebagai peringatan upacara kurban. Yupa biasa digunakan sebagai penambat hewan yang akan dijadikan kurban. Yupa menerangkan bahwa Raja Mulawarman adalah raja yang mulia dan terkemuka. Beliau telah memberi sedekah ekor sapi kepada para brahmana di tanah suci Waprakeswara. Yupa ditulis dalam huruf Palawa dan bahasa Sansekerta. d Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri yaitu Prasasti Padlegan, Weleri, Jaring, dan Pala. Prasastiprasasti tersebut ditemukan di halaman Candi Prambanan. e Prasasti yang mengungkapkan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut ditulis dalam huruf Palawa dan bahasa melayu kuno. Prasasti-prasasti tersebut yaitu Prasasti Kedukan Bukit 684 M ditemukan di tepi Sungai Tatang dekat Palembang. Prasasti Talang Tuo 684 M ditemukan di daerah Talang Tuo, sebelah barat Palembang Prasasti Telaga Batu tidak berangka tahun ditemukan dekat Palembang. Prasasti Kota Kapur 686 M ditemukan dekat Sungai Menduk di Pulau Bangka. Prasasti Karang Berahi tidak berangka tahun ditemukan di tepi Sungai Merangin, Jambi Hulu. Prasasti Palah Pasemah tidak berangka tahun ditemukan di tepi Sungai Pisang Lampung Selatan. Peninggalan berupa kitab atau karya sastra Kitab dan karya sastra peninggalan Hindu-Budha antara lain sebagai berikut Kitab Jangka Jayabaya ramalan Jayabaya. Jayabaya adalah raja terkenal dari Kerajaan Singhasari yang memerintah pada 1130–1150. Kitab Jangka Jayabaya berisi ramalan tentang masa depan Indonesia. Smaradhana merupakan karya sastra yang ditulis oleh Mpu Dharmaja. Karya sastra ini dipersembahkan untuk Kameswara. Karya sastra ini ditulis pada masa Kerajaan Kediri. Bharatayudha, yaitu karya sastra yang ditulis oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah. Karya sastra ini berisi sindiran perang saudara antara Jayabaya dan Jayasabha. Karya sastra ini ditulis pada masa Kerajaan Kediri. Hariwangsa dan Gatotkacasraya, yaitu karya sastra yang ditulis oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah. Karya sastra ini ditulis pada masa Kerajaan Kediri. Negarakertagama, yaitu karya sastra yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Kitab ini menceritakan Kerajaan Singhasari dan Majapahit. Dalam Kitab ini, termuat istilah pancasila. Kitab ini ditulis pada masa Kerajaan Majapahit. Sutasoma ditulis oleh Mpu Tantular. Ktab ini berisi ajaran agama. Di dalamnya, termuat istilah Bhineka Tunggal Ika yang menyatakan bahwa meskipun berbeda, ajaran Hindu dan Budha mempunyai asas yang sama. Kitab ini ditulis pada masa Kerajaan Majapahit. Pararaton, yaitu kitab yang mengisahkan pertempuran berdarah yang terjadi pada keturunan Ken Arok. Pada kitab ini, dikisahkan tentang Anusapati yang mengetahui Ken Arok sebagai pembunuh ayahnya Tunggul Ametung. Kemudian, Anusapati membunuh Ken Arok pada 1227 dan menggantikannya menjadi raja di Kerajaan Singhasari. Kitab ini ditulis pada masa Kerajaan Majapahit. Kunjarakunja merupakan karya sastra yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit. Kitab ini tidak diketahui pengarangnya. Arjuna Wiwaha merupakan karya sastra karangan Mpu Kanwa. Karya sastra ini ditulis pada masa Kerajaan Mataram Kono. Kitab ini bercorak Budha. Kitab Carita Parahyangan merupakan kitab yang ditulis pada masa Kerajaan Mataram Hindu. Peninggalan berupa agama dan adat istiadat Budaya dan adat istiadat peninggalan masa Hindu-Budha yang masih dilaksanakan sampai sekarang antara lain sebagai berikut. Upacara Ngaben bercorak Hindu yaitu upacara pembakaran mayat di Bali. Upacara Galungan yaitu perayaan kemenangan. Nyepi yaitu perayaan tahun baru saka. Kuningan yaitu perayaan mohon perlindungan dan penerangan agar bahagia lahir dan batin. Saraswati yaitu perayaan memuja Sang Hyang Widi. Syiwaratri yaitu perayaan peleburan dosa. Peninggalan-peninggalan Bercorak Islam Daerah di nusantara yang pertama mendapat pengaruh Islam yaitu daerah Aceh. Kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di Aceh yaitu Kerajaan Samudra Pasai. Berita tentang adanya Kerajaan Islam di nusantara diperoleh dari Marcopolo. Marcopolo merupakan seorang saudagar dari Venesia, Italia. Marcopolo berkunjung ke Samudra Pasai pada 1292. Ia menyebutkan bahwa di Perlak, yakni salah satu daerah di Aceh, telah banyak orang yang menganut Islam. Selain itu, berita penyebaran Islam di Indonesia juga didapat dari Ibnu Batuta. Ibnu Batuta merupakan seorang pengembara dari Persia yang singgah di Aceh pada1345. Ia menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar agama Islam. Penduduk pribumi mulai memeluk Islam secara masal pada abad ke-14 Masehi. Hal itu seiring dengan mulai bermunculannya kerajaan-kerajaan Islam. Berikut ini penjelasan tentang beberapa peninggalan kerajaan-kerajaan Islam. Peninggalan berupa bangunan Masjid Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam. Selain itu, masjid juga menjadi pusat pendidikan dan pembinaan agama. Karenanya, dahulu masjid selalu terletak berdekatan dengan keraton dan alun-alun. Keraton merupakan simbol kekuasaan. Alun-alun merupakan simbol rakyat. Sementara itu, masjid merupakan simbol keagamaan. Masjid-masjid peninggalan kerajaan Islam antara lain sebagai berikut. Masjid raya Baiturahman terletak di Banda Aceh ibu kota Nangro Aceh Darussalam. Masjid ini dibangun pada masa Kerajaan Islam Aceh. Masjid Raya Medan terletak di Kota Medan, Sumatra Utara. Masjid ini dibangun oleh Sultan Deli yang bernama Makmun Al Rasyid Perkasa Alam pada 1906. Masjid Raya Banten didirikan pada tahun 1906 oleh Sultan Maulana Yusuf. Masjid Demak didirikan oleh Raden Patah sekitar abad ke-14. Masjid ini terletak di kota Demak Jawa Tengah Masjid Sultan Suriansyah merupakan masjidpertama di Pulau Kalimantan. Masjid ini didirikan pada masa kekuasaan Pangeran Suriansyah yaitu abad ke-16. Istana Istana merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya. Istana juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Istana peninggalan kerajaan Islam di antaranya sebagai berikut. Istana Maemun merupakan istana peninggalan Kerajaan Deli. Istana Maemun terletak di Kota Medan. Istana ini dibangun pada 1888 oleh Sultan Makmun Perkasa Alam. Istana Siak Sri Indrapura – Istana ini merupakan peninggalan Kerajaan Melayu Riau. Istana ini dibangun pada 1889 oleh Teungku Ngah Sayed Hasyim. Letak istana ini di hulu sungai Siak, yaitu 120 kilo meter dari Pekanbaru. Peninggalan berupa kitab atau karya sastra Peninggalan kerajaan Islam berupa kitab atau karya sastra dibedakan menjadi empat kelompok yaitu sebagai berikut. Hikayat Hikayat adalah cerita atau dongeng pelipur lara atau pembangkit semangat juang. Beberapa hikayat peninggalan Islam yaitu sebagai berikut. Hikayat Hang Tuah, yaitu cerita kepahlawanan laksamana Kesultanan Malaka. Hang Tuah merupakan seorang laksamana yang berani, pandai, dan bijaksana. Ia juga merupakan abdi raja yang taat dan setia. Hikayat Amir Hamzah, yaitu cerita tentang permusuhan Amir Hamzah dengan mertuanya yang masih kafir, yakni Raja Marsewan dari Madayin. Babad Babad adalah cerita berlatar belakang sejarah. Babad Tanah Jawi yang menceritakan sejarah Pulau Jawa dari Nabi Adam sampai tahun 1722. Babad Giyanti yang menceritakan pecahnya Kesultanan Mataram menjadi Surakarta, Yogyakarta, dan Mangkunegara pada tahun 1757. Syair Syair adalah puisi lama yang isinya berupa cerita. Syair Abdul Muluk yang menceritakan perjuangan Siti Rafiah istri Raja Abdul Muluk yang berhasil merebut kembali tahta kerajaan dari Kerajaan Barabai di Hindustan. Gurindam 12 yang berisi petuah kepada pejabat negara, pegawai, dan orang biasa agar menjadi orang yang terhormat, disegani, dan disenangi sesama manusia. Suluk Suluk adalah kitab tasawuf. Suluk Sukarsa yang berisi tentang cerita Ki Sukarsa yang mencari ilmu sejati untuk mendapat kesempurnaan. Suluk Wujil yang berisi petuah-petuah Sunan Bonang yang disampaikan kepada Wujil orang kerdil bekas abdi Raja Majapahit. Peninggalan berupa agama dan adat istiadat Budaya dan adat istiadat peninggalan masa Islam yang masih dilaksanakan sampai sekarang antara lain sebagai berikut. Upacara Grebeg Besar di Demak Pesta Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat Budaya Dhug Dher di Semarang Seni tradisional betawi seperti Gambang Kromo dan Orkes Gambus. Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Buddha dan Islam Pada masa Hindu-Budha dan Islam, banyak kerajaan yang mengalami kejayaan. Misalnya, kerajaan Majapahit, Singhasari, dan Samudra Pasai. Keberadaan kerajaan tersebut tidak terlepas dari orangorang yang mendirikannya. Bahkan, kerajaan tersebut mengalami kejayaan karena ada tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. Tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Budha Berikut ini akan dijelaskan beberapa tokoh berdasarkan masa kerajaannya Tokoh pada masa Kerajaan Mataram Lama 1. Raja Sanjaya Raja Sanjaya merupakan Raja pertama yang memimpin Mataram Lama. Raja Sanjaya memerintah sekitar 732 Masehi. Raja Sanjaya berhasil membangun kembali Mataram menjadi kerajaan yang kuat. Untuk mengabadikan kekuasaannya, Raja Sanjaya membangun dinasti yang dikenal dengan nama Dinasti Sanjaya. 2 Rakai Panangkaran Rakai Panangkaran merupakan Raja Mataram Lama. Ia menggantikan Raja Sanjaya. Semasa kepemimpinan Rakai Panangkaran, Kerajaan Mataram Lama berada di bawah pengaruh Kerajaan Syailendra. Pada saat itu, Kerajaan Syailendra dipimpin oleh Samaratungga. 3. Rakai Pikatan Rakai Pikatan menjadi raja Mataram Lama menggantikan Rakai Panangkaran. Rakai Pikaitan berhasil membebaskan Mataram dari pengaruh Kerajaan Syailendra. Keberhasilan itu diawali oleh perkawinan Rakai Pikaitan dengan Pramodharwardani. Pramodharwardani merupakan salah satu anggota keluarga Kerajaan Syailendra. Rakai Pikatan dan Pramodharwardani banyak mendirikan candi. Candi tersebut antara lain Candi Sewu, Plaosan, dan Prambanan. 4. Dyah Balitung Raja Dyah Balitung memerintah pada 898–910. Pada masa pemerintahannya, ia mampu menguasai daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia memerintah dengan bijaksana. Dengan begitu, kerajaannya aman dan makmur. Tokoh pada masa Kerajaan Medang kamulan Mataram Jawa Timur 1. Mpu Sindok Mpu sindok mempunyai gelar Mpu Sindok Sri Isana Tunggawijaya. Mpu Sindok memerintah pada 929–947 Masehi. Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Ia pun selalu memerhatikan kesejahteraan rakyatnya. Karenanya, kehidupan rakyat aman dan tentram. Kemudian, Mpu Sindok diganti oleh putrinya bernama Sri Isana Tunggawijaya. Sri Isana Tunggawijaya mempunyai suami bernama Lokapala. Dari pernikahannya, lahir seorang putra bernama Makutawangsawardhana. Makutawangsawardhana mempunyai seorang putri bernama Mahendradatta. Mahendradatta menikah dengan Pangeran Udayana yang berasal dari Bali. Dari pernikahan itu, lahir Airlangga. 2. Dharmawangsa Teguh Ananta Wikramatunggadewa Dharmawangsa Teguh menggantikan Makutawangsawardhana menjadi raja Medang Kamulan. Dharmawangsa Teguh yang sangat berambisi untuk meluaskan kekuasaannya sampai ke luar Jawa. Namun, kerajaan mengalami keruntuhan oleh raja bawahannya sendiri. Pada Prasasti Pucangan diceritakan bahwa tidak lama setelah perkawinan Airlangga dengan putri Dharmawangsa, ibu kota diserang oleh pasukan Haji Wurawari. Kejadian itu membuat Sri Maharaja Dharmawangsa Teguh meninggal dunia. 3. Airlangga Airlangga menjadi raja setelah Dharmawangsa Teguh. Pada masa kepemimpinannya, dipenuhi dengan peperangan menaklukkan raja-raja bawahan yang memberontak dan melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Situasi mulai berubah sejak 1024. Setelah kerajaan mulai aman, Airlangga mengarahkan kebijakannya pada peningkatan perekonomian. Di bidang pertanian, ia berusaha memodernkan irigasi. Untuk itu, dibangun bendungan Waringin Sapta di Kali Brantas. Pengembangan perdagangan pun menjadi perhatian. Hal itu terlihat dari perbaikan Pelabuhan Ujung Galuh. Berkat jerih payah Airlangga, perekonomian kerajaan kembali stabil dan rakyat hidup makmur. Keuletan dan keberhasilan Airlangga dalam memimpin kerajaan tertulis dalam Kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa. Menjelang akhir hayatnya, Airlangga hidup sebagai petapa di Pucangan. Ia wafat dalam usia lanjut, yaitu pada 1049 M. Untuk mengenang jasa-jasa Airlangga, dibangun sebuah patung raja dalam bentuk penjelmaan Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung garuda. Patung tersebut dibangun di tempat pertapaannya. Airlangga dimakamkan di Candi Belahan. Tokoh pada masa Kerajaan Kediri 1. Raja Jayawarsa Raja Jayawarsa merupakan raja Kediri. Dalam Prasasti Sirah Keting diceritakan bahwa Jayawarsa merupakan raja yang arif dan sangat mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. 2. Raja Bameswara Raja Bameswara dikenal sebagai raja yang banyak meninggalkan prasasti tentang masalah keagamaan. 3. Raja Jayabaya Jayabaya menggantikan Raja Bameswara. Ia naik takhta pada 1135 Masehi. Dalam Prasasti Talan dijelaskan tentang Jayabaya yang memindahkan Prasasti Ripta menjadi Prasasti Dinggopala. Dalam prasasti itu, Jayabaya disebutkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu dengan lencana narasingha atau narasimha. Keterangan dalam Prasasti Ngantang menyebutkan bahwa Panjalu Jayati memiliki arti Kediri menang’. Kata itu diduga berkaitan dengan kemenangan Panjalu atas Jenggala. Hal itu juga untuk menunjukkan bahwa Jayabaya adalah pewaris tahta kerajaan yang sah dari Airlangga. 4. Sri Gandra Sri Gandra merupakan raja Kediri yang berjasa. Pada masanya, angkatan laut Kediri menjadi kuat dan disegani oleh Sriwijaya. Selain itu, jabatan Senopati Sarwajala mulai dikenal. Pada waktu itu, Kediri mendapat kewenangan untuk mengawasi perairan nusantara bagian timur. Sementara itu, lautan nusantara bagian barat di bawah pengawasan Sriwijaya. Meskipun begitu, kedua kerajaan tersebut tetap damai. Sejak masa Sri Gandra, pejabat-pejabat kerajaan memakai sebutan binatang yang ditiru sifatnya. Misalnya, Menjangan Puguh, Macan Putih, dan Kebo Salawah. 5. Kameswara Kameswara merupakan raja Kediri yang memerintah setelah Sri Gandra. Pada masa Kameswara, seni sastra di Kediri berkembang dengan pesat. 6. Kertajaya Kertajaya menjadi raja kediri setelah Kameswara. Pada masa Kertajaya, di Kediri sering terjadi konflik antara raja dengan kaum Brahmana. Raja menuntut para Brahmana menyembahnya karena menganggap dirinya sebagai titisan dewa. Namun, para Brahmana menolak. Para Brahmana itu meminta bantuan kepada Ken Arok kuwu dari Tumapel untuk menggulingkan pemerintahan Kertajaya. Akhirnya, pecahlah pertempuran antara Kediri dengan Tumapel di desa Ganter pada 1222 Masehi. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Kediri mengalami kekalahan. Kertajaya terluka parah dan meninggal dunia. Peristiwa itu sekaligus menandai runtuhnya kerajaan Kediri. Tokoh pada masa Kerajaan Singhasari 1. Ken Arok Ken Arok menjadi raja Singhasari pada 1222–1227. Ia mendirikan dinasti baru yang bernama Girindrawangsa. Ken Arok meninggal karena terbunuh oleh seseorang suruhan Anusapati, anak tiri Ken Arok. Ken Arok dimakamkan di Kagenengan dalam bangunan Syiwa-Budha. 2. Anusapati Anusapati merupakan anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung. Sebelum menikah dengan Tunggul Ametung, Kendedes menikah dengan Ken Arok. Anusapati memerintah di Kerajaan Singhasari pada 1227–1247. Ia menggantikan Ken Arok. Namun, pembunuhan Ken Arok oleh Anusapati pada akhirnya diketahui oleh Tohjaya. Tohjaya merupakan anak Ken Arok dari Ken Umang. Kemudian, Anusapati dibunuh oleh Tohjaya. Anusapati dimakamkan di candi Kidal. 3. Tohjaya Setelah kematian Anusapati, Tohjaya menjadi raja Singhasari. Tohjaya memerintah dari 1247 sampai 1248. Pada saat Tohjaya memerintah, Ranggawuni, anak Anusapati menuntut balas atas kematian ayahnya. Ranggawuni juga merasa berhak menjadi raja Singhasari. Kemudian, Ranggawuni bekerjasama dengan Mahisa Campaka cucu Ken Arok dan Ken Dedes menyerang Tohjaya. Saat itu, Tohjaya meninggal di Katang Lumbang karena luka-luka. 4. Ranggawuni Ranggawuni menjadi raja setelah Tohjaya meninggal. Pada saat pemerintahan Ranggawuni, dendam keluarga di Singhasari telah hilang. Hal itu membuat pemerintahannya berjalan dengan aman dan tenteram. Pada waktu pemerintahan Ranggawuni, Mahisa Campaka diberi kedudukan sebagai pendamping raja. Mahisa Campaka diberi gelar Ratu Angabaya. 5. Kertanegara Kertanegara menjadi raja Singhasari pada 1268–1292. Pada masa pemerintahan Kertanegara, Kerajaan Singhasari mencapai puncak kejayaannya. Raja Kertanegara berusaha mempersatukan wilayah nusantara. Tokoh pada masa Kerajaan Majapahit 1 Raja Jayanegara Raja Jayanegara merupakan anak Raden Wijaya. Raden Wijaya yaitu raja pertama Majapahit. Jayanegara atau Kalagemet memerintah pada 1309–1328 Masehi. Pada masa pemerintahan Jayanegara, banyak pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan itu datang dari orang-orang yang berjuang dengan Raden Wijaya. Namun, mereka tidak diberikan jabatan. Pemberontakpemberontak tersebut antara lain Ranggalawe 1309 M, Lembu Sora 1311 M, Nambi 1316 M, dan Kuti 1319 M. Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya. Pemberontakan tersebut hampir meruntuhkan kerajaan Majapahit. Namun, berkat Gajah Mada, Raja Jayanegara dapat kembali ke Kerajaaan Majapahit. Karena jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi patih di Kahuripan, lalu dingkat menjadi patih di Kediri. 2 Tribuwanatunggadewi Tribuwanatunggadewi merupakan cucu Raja Jayanegara dari anaknya yang bernama Gayatri. Tribuwanatunggadewi menjadi raja Majapahit pada 1328–1350 Masehi. Pada masa pemerintahan Tribuwanatunggadewi, terjadi pemberontakan Sadeng 1331 Masehi. Nama Sadeng merupakan nama sebuah daerah yang terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng dapat dihentikan oleh Gajah Mada dan Adityawarman. Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Amangkhabumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Pada waktu penobatannya, Gajah Mada mengucapkan “Sumpah Palapa”. Isi sumpah tersebut yaitu Gajah Mada tidak akan makan buah palapa sebelum nusantara bersatu di bawah naungan Majapahit. 3 Hayam Wuruk Hayam Wuruk adalah anak Tribhuwana Wijayatunggadewi. Ia dilahirkan pada 1334. Hayam Wuruk berarti “Ayam yang masih muda”. Hayam Wuruk menjadi Raja Majapahit ketika berumur 16 tahun. Ia menikah dengan Padukasari. Hayam Wuruk dianggap sebagai raja terbesar Majapahit karena pada masa pemerintahannya Majapahit mencapai wilayah terluas. Pada 1351, terjadi Perang Bubat. Peristiwa ini terjadi pada saat Hayam Wuruk bermaksud menikahi puteri Raja Pajajaran yang bernama Diah Pitaloka Citrasemi. Pajajaran setuju asal Majapahit tidak menguasai wilayah Pajajaran. Saat Hayam Wuruk di perjalanan menuju upacara pernikahan, Gajah Mada mendesak agar Pajajaran tunduk pada Majapahit dan menyerahkan Diah Piataloka sebagai upeti. Pajajaran menolak permintaan Gajah Mada. Akhirnya, terjadi Perang Bubat. Dalam peristiwa ini, seluruh keluarga Pajajaran tewas. Beberapa tahun kemudian, Pajajaran menjadi wilayah Majapahit. 4 Gajah Mada Gajah Mada merupakan seorang tokoh politik, pejuang negara, dan seorang negarawan besar. Dengan sepenuh hati, Gajah Mada mengabdikan dirinya untuk keagungan negeri dan mahkota. Sikap pengabdian Gajah Mada ini terungkap dalam pokok-pokok sifat pribadinya sebagai berikut. Satya bhakti aprabhu, yang berarti setia dan bakti kepada negara dan mahkota. Tan satresna, yang berarti tidak pernah memikirkan kepentingan diri pribadi dan balas jasa. Hanyaken musuh, yang artinya menghalau dan memusnahkan segenap musuh negara dan mahkota. Prabu ginung pratidina, yang artinya mengagungkan nama raja dan negara setiap waktu Tokoh-tokoh Pada Masa Kerajaan Islam Sultan Malik As Saleh Sebelum menganut Islam, Sultan Malik As Saleh bernama Marah Sile atau Merah Selu. Ia merupakan pendiri Kerajaan Samudera Pasai. Saat Pemerintahannya, Sultan Malik As Saleh memperluas daerah kekuasaannya sampai ke daerah-daerah seperti Tamiang, Balek Bimba, Samer Langga, Simpang Bulah Telang, Perlak, dan Takus. Penduduk daerah-daerah yang dikuasai Sultan Malik As Saleh menjadi penganut Islam. Setelah wafat, Malik As Saleh dimakamkan di Samudera Pasai. Di atas makamnya, dibangun batu nisan yang berciri Islam. Batu nisan tersebut berangka tahun 635 Hijriyah atau 1297 Masehi. Dari batu nisan tersebut, diketahui bahwa Samudera Pasai merupakan kerajaan pertama di Indonesia. Dengan wafatnya Sultan Malik As Saleh, tahta kerajaan Samudera Pasai turun kepada anaknya yang bernama Sultan Muhammad Malik At-Thahir. Iskandar Syah Nama asli Iskandar Syah yaitu Paramisora. Ia merupakan seorang pangeran dari Majapahit yang melarikan diri saat terjadi perang saudara. Perang tersebut dikenal dengan sebutan perang Paregreg. Ia mendatangi satu daerah di Semenanjung Malaya. Kemudian, daerah tersebut diberi nama Malaka. Iskandar Syah memerintah pada 1396–1414. Iskandar Syah berhasil menjadikan Malaka sebagai kerajaan Islam. Bahkan, ia berhasil menjadikan Malaka sebagai kerajaan penting di Selat Malaka. Muhammad Iskandar Syah Muhammad Iskandar Syah menjadi raja Malaka menggantikan ayahnya Sultan Iskandar Syah. Muhamad Iskandar Syah memimpin pada 1414–1424. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Kerajaan Malaka mencapai seluruh Semenanjung Malaya. Muhammad Iskandar Syah menikah dengan putri Raja Samudera Pasai. Dalam kekuasaanya, Kerajaan Malaka mengalami kejayaan. Ia mampu menjadikan Malaka sebagai pusat perdagangan dan pelayaran. Karenanya, Malaka disebut sebagai Kerajaan Maritim. Namun, saat ia memerintah, ada pemberontakan dari saudaranya yang bernama Mudzafat Syah. Mudzafat Syah berhasil merebut kekuasaan Muhammad Iskandar Syah. Mudzafat Syah menjadi Raja Malaka menggantikan Muhammad Iskandar Syah. Mudzafat Syah merupakan raja Malaka pertama yang menggunakan gelar sultan. Setelah Mudzafat Syah meninggal, Kerajaan Malaka dipimpin oleh putranya yang bernama Mansyur Syah. Sultan Mansyur Syah Sultan Mansyur Syah berkuasa pada 1458–1477. Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah, Malaka mengalami masa kejayaan sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara. Perluasan wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka pada masa Sultan Mansyur Syah sampai ke Semenanjung Malaya, Sumatra Tengah, dan Kerajaan Siam. Sultan Mansyur Syah memperluas daerah kekuasaan dengan bantuan Laksamana Hang Tuah. Laksamana Hang Tuah merupakan seorang panglima laksamana yang terkenal di Malaka. Setelah wafat, Sultan Mansyur Syah digantikan oleh anaknya yang bernama Alauddin Syah. Sultan Alauddin Syah memerintah pada 1477–1488. Pada masa pemerintahan Alauddin Syah, kerajaan Malaka mulai merosot. Beberapa kerajaan yang dikuasai Malaka banyak yang membebaskan diri. Selanjutnya, Kerajaan Malaka dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah. Ia memerintah pada 1488–1511. Sultan Ali Mughayat Syah Sultan Ali Mughayat Syah merupakan raja Kerajaan Aceh. Ia menguasai perdagangan di bagian barat Indonesia. Untuk mempertahankan kekuasaan perdagangan itu, Sultan Ali Mughayat Syah memperluas pengaruhnya ke Pidie Pasai dan bagian timur Sumatra. Ia juga menyerang bangsa Portugis di Malaka. Setelah wafat, Sultan Ali Mughayat Syah digantikan oleh Sultan Salahuddin. Namun, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran. Sultan Alauddin Riayat Syah Sultan Alauddin Riayat Syah merupakan raja Aceh pengganti Sultan Salahudin. Sultan Alauddin Riayat Syah bergelar Al-Qahar. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh kembali mengalami kejayaan. Bahkan, Kerajaan Aceh menjadi bandar utama di Asia bagi para pedagang muslim mancanegara. Sultan Iskandar Muda Sultan Iskandar Muda menggantikan Sultan Alauddin Riayat Syah menjadi raja Aceh. Dalam kekuasaannya, ia memperkuat Kerajaan Aceh sebagai pusat perdagangan. Bahkan, ia melakukan beberapa perlawanan berikut. Merebut sejumlah pelabuhan penting di pesisir barat dan timur Sumatra dan pesisir barat Semenanjung Melayu. Menyerang kedudukan Portugis di Malaka dan kapal – kapalnya yang melalui Selat Malaka. Aceh sempat memenangkan perang melawan armada Portugis di sekitar Pulau Bintan pada 1614. Bekerja sama dengan EIC Inggris dan VOC Belanda untuk memperlemah pengaruh Portugis. Sultan Iskandar Muda mengizinkan persekutuan dagang dengan Inggris dan Belanda untuk membuka cabangnya di Aceh. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, raja Aceh digantikan oleh menantunya yang bernama Sultan Iskandar Thani. Raden Patah Raden Patah atau Jim-Bun merupakan pendiri Kesultanan Demak pada 1478. Raden Patah merupakan anak Brawijaya, Raja Majapahit. Ibunya yaitu seorang putri keturunan Champa perbatasan Kamboja dan Vietnam yang beragama Islam. Ibu Raden Patah memiliki ketidakcocokan dengan permaisuri Raja Brawijaya. Karenanya, dengan berat hati Brawijaya menyingkirkan sang Ibu ke Palembang. Ia menyerahkan ibunya kepada adipati Palembang Arya Sedamar. Raden Patah dilahirkan di Palembang. Pada usia belasan tahun, Raden Patah berlayar ke Pulau Jawa untuk belajar di Ampel Delta. Raden Patah meninggal pada 1518. Ia meninggalkan dua orang putra, yaitu Pangeran Seda Sekar Lepen dan Pangeran Trenggono. Ia juga meninggalkan dua orang menantu, yaitu Pati Unus dan Fatahillah. Setelah Raden Patah mangkat, Pangeran Trenggono diangkat menjadi raja menggantikan Raden patah. Sultan Trenggono Sultan Trenggono merupakan raja Demak yang menggantikan Raden Patah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan. Ia menjadikan Demak sebagai pusat kekuasaan di Jawa dan salah satu pusat penyebaran agama Islam di nusantara. Selain itu, Sultan Trenggono memperluas kekuasaaan Demak sampai ke sebagian Jawa Barat, Jayakarta, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Penaklukan pesisir utara Jawa Barat dilakukan oleh Fatahillah, yang turut merintis berdirinya Kerajan Banten dan Cirebon. Sunan Gunung Jati Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah. Ia merupakan pendiri kerajaan Cirebon. Dalam kekuasaannya, ia berhasil menjadikan Cirebon sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Sultan Ageng Tirtayasa Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja Banten. Ia merupakan putra Abu Mufakhir. Ia naik takhta menggantikan Abu’Ma’ali. Di bawah kepimpinannya, Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan. Ia mempertahankan Banten sebagai pusat perdagangan di nusantara dengan bersikap tegas menolak VOC Belanda. Saat itu, VOC ingin menerapkan monopoli perdagangan. Sultan Hasanuddin Sultan Hasanuddinbernama asli I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Ia dilahirkan di Makasar. Ia merupakan putra kedua dari Sultan Malikussaid. Sultan Hasanuddin merupakan raja Gowa ke-16. Kerajaan Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah Indonesia Timur yang menguasai jalur perdagangan. Setelah memeluk agama Islam, Sultan Hasanuddin mendapat gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana. Namun, ia lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin. Karena keberaniannya, Sultan Hasanuddin dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda. Artinya, “ayam jantan/jago dari Benua Timur. Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari takhta kerajaan. Ia wafat pada 12 Juni 1670 dan dimakamkan di Katangka, Makassar.
2 Karakter sejarah. Unsur terpenting dari sejarah adalah kejadian masa lalu, maka yang menjadi konsep dasar sejarah adalah waktu (time), ruang (space), kegiatan manusia (human activities), perubahan (change) dan kesinambungan (continuity). Adapun karakteristik dari mata pelajaran sejarah diantaranya adalah: a.

NamaPengging disebut-sebut dalam legenda Rara Jonggrang tentang pembangunan komplek Candi Prambanan. Selanjutnya, dalam sejumlah babad yang menerangkan penyebaran agama Islam di selatan Jawa wilayah ini kembali disebut-sebut, dengan tokohnya Ki Ageng Pengging. Tokoh ini dikenal sebagai pemberontak di wilayah Kesultanan Demak.

D atharwaweda. E. upanishad. Pembahasan : Agama Hindu bersumber pada kitab weda yang terdiri atas empat samhita atau himpunan, yaitu Regweda, berisi syair-syair kepada dewa; Samaweda berisi nyanyi-nyanyian pujian; Yajurwda berisi do'a-do'a; Atharwaweda berisi mantra-mantra untuk sihir dan ilmu ghaib. Kitab Upanishad merupkan salah satu bab 3 : proses masuknya hindu-budha dan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat. Dalam buku Kehidupan Masyarakat Pada Masa Praakasara, Masa Hindu Budha, dan Masa Islam (2019) karya Tri Worosetyaningsih, tata kehidupan masyarakat yang diatur melalui lembaga kesukuan, berubah menjadi lembaga kerajaan atau lembaga negara.
Keduaagama ini muncul pada dua waktu yang berbeda (Hindu: ±1500 SM, Budha: ±500 SM), namun berkembang di Indonesia pada waktu yang hampir bersamaan. Munculnya agama Hindu dan Budha di Indonesia berawal dari hubungan dagang antara pusat Hindu Budha di Asia seperti China dan India dengan Nusantara.
.
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/367
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/793
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/572
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/415
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/84
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/766
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/108
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/96
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/14
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/329
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/766
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/499
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/275
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/655
  • c8jp4d5gc5.pages.dev/921
  • kesinambungan sejarah antara masa hindu budha dengan masa islam